Selasa, 29 November 2016

Kenikmatan Hidup yang Kita Dapatkan Bukanlah 100% Hasil Usaha Kita

"Ingatlah, dalam setiap kenikmatan yang kita rasakan, selalu ada pengorbanan orang lain di dalamnya"



Seperti halnya sebuah rantai makanan yang terjadi di dalam alam ini, dimana untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya maka setiap individu membutuhkan pengorbanan dari individu yang lain. Dimana pada siklus ini terjadi proses memakan dan dimakan yang selalu akan berulang. Demikian juga didalam proses kehidupan manusia, yang saya maksud bukanlah untuk saling memakan, tetapi akan selalu ada pengorbanan dari orang lain untuk setiap kenikmatan dan kelangsungan hidup kita. Pengorbanan orang lain ini selalu terjadi walaupun kita tidak selalu menyadarinya. Dan proses ini juga seperti rantai atau siklus yang tidak akan pernah terputus dari manusia yang satu ke manusia yang lainnya, dari generasi satu ke generasi selanjutnya.

Sebagai ilustrasi, saya akan mengambil contoh sepenggal cerita fiktif dari kehidupan sebuah keluarga.

Ada sebuah desa di pinggiran kota yang cukup ramai tetapi tidak terlalu besar. Desa tersebut masih terlihat asri dan belum terlalu banyak polusi kendaraan yang mencemarinya. Sepanjang jalan banyak ditumbuhi pohon di kiri kanannya menambah asri dan teduh pada saat melewatinya. Hamparan sawah yang luas juga terlihat menghijau meperlihatkan kesuburan tanah yang ada. Sumber penghasilan utama dari warga desa tersebut adalah dari hasil bercocok tanam. Sebagian besar warga desa tersebut juga memelihara ternak sebagai tambahan penghasilan dan tabungan mereka. Ternak yang dipelihara oleh hampir seluruh warga adalah ayam, kambing, dan sapi.

Pada suatu pagi, terlihat seorang lelaki yang sudah cukup tua berjalan sambil menuntun dua ekor sapi. Sapi tersebut bukanlah milik lelaki tersebut, tetapi milik tetangga yang dirawatnya dengan sistem bagi hasil. Lelaki itu adalah salah seorang warga dari desa tersebut, kita sebut saja namanya Pak Karto. Sesampainya di sawah yang dia tuju, terlihat sebuah alat untuk membajak sawah terbuat dari kayu yang terlihat besar dan berat. Dengan hati-hati dipasangkannya alat tersebut pada kedua sapi yang dibawanya, dan mulailah Pak Karto membajak sawah miliknya.

Pak Karto mempunyai 3 orang anak yang semuanya adalah laki-laki. Anaknya yang pertama sudah menikah dan merantau di kota besar yang cukup jauh dari desa tersebut. Dia bekerja di sebuah perusahaan swasta dengan posisi managerial. Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama ini cukup sukses dalam karirnya dan secara finansial  cukup berada.  Dengan kondisi yang berkecukupan tersebut, sang kakak inipun membantu orang tuanya untuk membiayai sekolah kedua adiknya. Salah satu hal yang diharapkan sang kakak adalah adik-adiknya dapat memperoleh masa depan yang baik atau bahkan lebih baik daripada dirinya. Saat ini adiknya yang pertama  sedang kuliah dan yang kedua adalah seorang pelajar SMU kelas 3. Secara umur anak yang pertama memang terpaut cukup jauh dengan kedua adiknya.

Dahulu pada saat anak yang pertama masih sekolah, kehidupan Pak Karto termasuk cukup sulit. Untuk membiayai sekolah, Pak Karto terkadang harus berhutang dan menambah penghasilan dengan menjadi kuli bangunan di sela waktu bertaninya. Hal tersebut dilakukan oleh Pak Karto karena dia ingin anak-anaknya mempunyai masa depan yang lebih baik daripada dirinya sekarang. Satu hal lain yang juga mendukung Pak Karto untuk tetap bersemangat karena ia melihat anaknya tersebut juga berusaha keras dalam belajar sehingga selalu saja mendapatkan rangking yang baik setiap kali menerima raport. Berkat semangat dan kegigihan yang dimiliki oleh keduanya, akhirnya Pak Karto dapat menjadikan anak pertamanya menjadi seorang yang mapan seperti yang diharapkan.

Mungkin rekan pembaca bertanya, apa sih sebenarnya yang ingin disampaikan dari cerita di atas? Atau juga apa hubungan antara cerita dengan kata mutiara dalam gambar di atas? Saya hanya ingin menggambarkan bahwa kenikmatan hidup yang kita rasakan dan kita dapatkan sebenarnya bukanlah 100℅ hasil jerih payah kita sendiri. Pasti ada orang-orang lain yang membantu dan memberikan pengorbanannya agar kita mendapatkan kenikmatan seperti yang diharapkan. Terlepas bahwa pengorbanan orang lain tersebut besar atau pun kecil. Baik itu kenikmatan dalam sisi finansial, kebahagiaan, kedamaian dan lainnya. Lihatlah anak pertama Pak Karto dalam cerita di atas, tanpa pengorbanan yang dilakukan oleh ayahnya dalam mencukupi kebutuhan sekolahnya mungkin ceritanya akan berbeda. Memang hal utama yang membuat dia sukses adalah  usaha dan kerja keras yang dilakukannya. Satu hal lagi dari cerita di atas adalah: apabila kita menyadari bahwa ada pengorbanan orang lain dalam keberhasilan kita maka kita pun akan melakukan hal yang sama kepada orang lain, seperti halnya sang kakak membiayai adik-adiknya.

Seorang pemimpin tidak akan ada apabila tidak ada pengikut, tidak akan ada atasan jika tidak ada bawahan. Dan penentu keberhasilan serta kebesaran seorang pemimpin/atasan salah satunya adalah dukungan dan pengorbanan pengikut/bawahannya. Sahabat, kita harus selalu ingat bahwa nikmat yang kita rasakan bukankah 100℅ hasil jerih payah dan usaha kita semata. Dibalik semua kenikmatan tersebut banyak orang-orang yang sudah rela berkorban agar kita mendapatkan  kenikmatan seperti yang kita harapkan. Dengan mengingat bahwa kita tidak akan dapat berhasil dengan kekuatan sendiri maka eratkanlah rasa persahabatan dan persaudaraan agar senantiasa ada kerelaan untuk saling mendukung keberhasilan antar pribadi yang satu dengan yang lainnya. Semua ini hanyalah sekedar pemikiran saya sebagai proses pembelajaran diri sendiri, dan saya haturkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah merelakan waktunya untuk membaca tulisan ini.

Tonton juga video-video berikut ya guys, thank you :)





Minggu, 27 November 2016

Prinsip Kesuksesan tidaklah Sama Seperti Prinsip Ekonomi

"Besar kecilnya pengorbanan akan menentukan kesuksesan yang didapatkan"


Adakah orang yang tidak menginginkan kehidupannya sukses? Jawabannya pasti tidak ada, karena semua orang menginginkannya. Di dalam hidup ini terbagi dari berbagai aspek kebutuhan yang harus dipenuhi dan secara umum adalah seperti yang dikatakan oleh Maslow. Kebutuhan individu menurut Maslow dibagi menjadi 5 yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Tetapi saya tidak akan membahas tentang berbagai macam kebutuhan menurut Maslow tersebut.

Dari berbagai macam kebutuhan hidup yang ada seperti tersebut di atas maka setiap individu pastilah mempunyai keinginan untuk sukses dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Dalam pemenuhan kebutuhannya, secara umum seorang individu membutuhkan aspek finansial,sosial, mental dan religi/kerohanian. Kata sukses dalam konteks ini adalah mencapai sebuah tingkatan yang diinginkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Dengan begitu sangat dimungkinkan bahwa tolok ukur sebuah kesuksesan akan berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Sebagai sebuah contoh dari sisi finansial, misalnya saja ada orang baru akan merasa sudah sukses apabila ia mempunyai tabungan sebesar 1miliar, tetapi ada orang lain tolok ukurnya adalah dapat menyekolahkan anaknya sampai lulus sarjana dan tidak punya hutang. Ada juga orang yang mengukur kesuksesan hidupnya dari keluarga yang rukun dan tenteram, ada juga yang mengukur dari sisi rohani dan lain sebagainya. Bagi saya, semua tolok ukur yang dipakai oleh masing-masing orang adalah pilihan dan tidak ada yang salah ataupun yang lebih benar.

Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian  kesuksesan dalam hidup seseorang. Salah satu faktor diantaranya adalah kemauan berkorban untuk mengejar tujuan yang ingin dicapainya. Tentu saja dalam hal ini tujuannya adalah sebuah tingkatan yang ingin dicapai dan sudah ditetapkan sebelumnya. Untuk tulisan saya kali ini yang akan dibahas hanyalah sebatas seberapa besar kemauan berkorban seseorang untuk mendapatkan tujuannya.

Sebuah cerita ilustrasi mungkin dapat menjelaskan mengenai besar kecilnya pengorbanan untuk mendapatkan kesuksesan/tujuan yang telah ditetapkan. Menurut pendapat saya dalam konteks tulisan ini, ada sebuah kemiripan untuk mencapai tujuan ataupun target dalam kesuksesan hidup dan dalam memancing ikan. Kebetulan saya mempunyai hobi mancing sehingga ilustrasi yang akan saya bagikan juga berhubungan dengan dunia memancing. Kemiripan dari kedua hal diatas adalah sama-sama dibutuhkannya sebuah pengorbanan untuk mencapai tujuan/target (sukses) seperti yang diinginkan.

Sebenarnya pengalaman ini terjadi sudah cukup lama sehingga saya sendiri sudah lupa tahun berapa tepatnya, seingat saya sebelum tahun 2000. Pada waktu itu  saya bersama beberapa teman pernah memancing di laut sekitar dermaga pelabuhan Tanjung Mas yang berada di wilayah Semarang. Target kami memancing saat itu adalah untuk mendapatkan ikan kakap putih yang kata orang cukup banyak di perairan tersebut. Sebagai gambaran saja bagi rekan-rekan yang awam dalam memancing, ada beberapa perlengkapan yang dibutuhkan dalam proses memancing. Perlengkapan tersebut adalah joran, reel/penggulung senar, senar, mata kail, timah pemberat dan umpan. Pengorbanan yang selalu ada dalam proses memancing adalah umpan. Dimana umpan ini menjadi salah satu kunci dalam mendapatkan ikan sesuai yang diharapkan. Cukup banyak  jenis umpan yang dapat dipakai dalam memancing ini, dari yang bisa didapatkan secara gratis misalnya saja cacing tanah tetapi ada juga yang harus kita beli misalnya saja udang. Karena target kami waktu itu adalah ikan kakap maka mau tidak mau kami harus menggunakan umpan berupa udang putih yang masih hidup. Mengapa harus dengan umpan tersebut? Karena secara umum ikan kakap hanya akan dapat dipancing menggunakan udang putih yang masih hidup.

Waktu itu untuk mendapatkan udang putih yang masih hidup tidaklah mudah, karena tidak banyak yang menjual dan harganya juga cukup mahal yaitu Rp. 1.000,-/ekor. Bagi kami yang waktu itu masih kuliah, untuk membeli umpan tersebut merupakan sebuah pengorbanan yang cukup besar karena dalam membeli umpan tidaklah cukup satu atau dua ekor saja. Tetapi karena target kami adalah untuk mendapatkan ikan kakap dan bukan ikan yang lainnya maka kami tetap membelinya. Dan akhirnya kami pun mulai memancing di dermaga dengan sebuah harapan untuk mendapatkan ikan kakap.

Apakah dengan menggunakan umpan udang puyih hidup pasti akan mendapatkan ikan kakap? Belum tentu juga, mengapa demikian? Karena sebuah umpan ataupun sebuah pengorbanan hanyalah salah satu faktor dari beberapa faktor untuk mendapatkan target/tujuan yang ditetapkan. Jika demikian, untuk apa kita harus berkorban dengan nilai yang besar sedangkan hal itu tidak menjamin untuk mendapatkan target/tujuannya? Minimal dengan adanya pengorbanan atau sebuah umpan yang tepat kita mempunyai kemungkinan yang besar untuk mendapatkan target yang kita inginkan walaupun hal itu juga belum pasti. Akan tetapi apabila kita tidak melakukan sebuah pengorbanan yang sesuai atau tepat, kecil sekali kemungkina kita untuk mendapatkan target yang diinginkan. Dan apabila dengan kemungkinan kecil tersebut kita mendapatkan target yang kita inginkan pastilah hal tersebut adalah sebuah pengecualian.

Seperti ilustrasi memancing dan umpan di atas, demikian juga sebuah pengorbanan harus dilakukan untuk mendapatkan target dan kesuksesan yang anda inginkan. Semakin besar nilai sebuah kesuksesan yang ingin anda raih, semakin besar pula nilai pengorbanan yang harus anda lakukan. Prinsip untuk meraih sebuah kesuksesan tidak sama dengan prinsip ekonomi yang pernah kita pelajari di bangku SMU yang kurang lebih adalah: untuk mendapatkan hasil tertentu dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Sedangkan prinsip sukses adalah semakin besar pengorbanan yang anda lakukan semakin besar pula nilai kesuksesan yang dapat diraih. Di dalam Bahasa Jawa ada juga sebuah ungkapan yang mirip dengan hal ini yaitu jer basuki mawa beya yang artinya dapat anda baca di sini. adaAdapun bentuk pengorbanan dalam meraih sukses dapat terdiri dari banyak hal, misalnya pengorbanan waktu istirahat, pengorbanan uang untuk mendapatkan skill tertentu, pengorbanan kenyamanan dan lain sebagainya.

Sahabat, perlu diingat juga bahwa adakalanya kita sudah melakukan suatu usaha dan pengorbanan yang besar tetapi hasil yang kita dapatkan tidak seperti yang kita harapkan. Akan tetapi semua yang sudah kita lakukan dan kita relakan tidak akan pernah menjadi sia-sia. Jadi tetapkanlah target tingkat kesuksesan yang ingin anda raih dan siapkanlah diri anda untuk melakukan usaha dan pengorbanan untuk meraihnya. Demikian yang dapat saya bagikan untuk kali ini, harapan saya tulisan ini bermanfaat bagi rekan-rekan yang sudah rela mengorbankan waktu untuk membacanya, terima kasih.








Selasa, 22 November 2016

Sebuah Ilustrasi: Mengapa Beban Hidup Seolah Tidak Pernah Lepas Meskipun Kita Sedang Beristirahat?



"lepaskanlah tas punggungmu pada saat istirahat, dan bawalah kembali pada saat siap untuk berjalan. Demikian juga tentang beban hidup"

Sebuah cerita ilustrasi, beberapa tahun yang lalu ada dua orang sahabat karib yang mempunyai hobi memancing di tepi pantai. Mereka sering pergi memancing di lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Selain memancing mereka juga senang menikmati suasana dan pemandangan yang ada di sekitar pantai. Ada kalanya mereka memilih lokasi memancing yang tidak dapat dijangkau dengan kendaraan. Dengan kondisi lokasi yang seperti itu, mereka harus berjalan kaki sampai ke tempat tersebut. Terkadang perjalanan yang ditempuh cukup dekat dan mudah, tetapi adakalanya cukup jauh dengan medan yang cukup susah. Biasanya mereka selalu bersemangat dan penuh dengan harapan pada saat menempuh perjalanan menuju lokasi memancing. Mungkin hal ini sangatlah wajar karena yang ada di dalam pikiran mereka adalah sampai di lokasi memancing dan mendapatkan kesenangan yang mereka harapkan. Sebaliknya pada saat perjalanan pulang tinggallah sisa tenaga dan mungkin dengan sebuah kekecewaan karena tidak mendapatkan ikan seperti yang diharapkan.

Suatu hari dua orang sahabat tersebut memancing di sebuah pantai batu karang yang cukup jauh. Untuk sampai ke tempat tersebut mereka harus berjalan kaki melewati beberapa bukit karang kecil. Seperti biasanya mereka bersemangat pada saat berangkat menuju lokasi.Singkat cerita, mereka berdua memancing di pantai karang tersebut dari malam sampai pagi hari. Beberapa ekor ikan mereka dapatkan walaupun kurang sesuai dengan harapannya. Kurang lebih jam 05.00 pagi mereka memutuskan untuk berkemas dan pulang. Terasa begitu jauh perjalanan yang harus mereka tempuh untuk sampai ke tempat penitipan motor. Beberapa kali mereka harus berhenti dan beristirahat karena sudah terlalu capek.

Ada sebuah perbedaan yang selalu dilakukan oleh dua sahabat tersebut pada saat mereka beristirahat. Perbedaan tersebut apabila tidak diperhatikan secara seksama pastilah tidak akan kelihatan. Pada setiap kesempatan untuk sejenak berhenti dan beristirahat, salah seorang dari mereka (kita sebut saja si A) selalu melepaskan dan menaruh semua beban yang dibawanya termasuk tas punggung yang digendongnya. Akan tetapi salah seorang yang lain (kita sebut saja si B) hanya meletakkan semua beban yang dibawa tetapi tidak melepaskan tas yang ada di punggungnya. Setelah beberapa saat merekapun melanjutkan perjalanan mereka. Begitu sampai di tempat penitipan motor, terlihat si A masih cukup segar sedangkan si B terlihat sangat capai. Sebuah hal yang membedakan antara keduanya selama menempuh perjalanan hanyalah pada saat mereka beristirahat, si A meletakkan semua bebannya sedangkan si B tanpa sadar masih membawa bebannya pada saat istirahat.

Sahabat, setiap orang pastilah mempunyai beban yang harus ditanggung di dalam perjalanan hidupnya. Dimana beban yang kita tanggung setiap hari tersebut dapat bertambah berat dari waktu ke waktu. Untuk tetap dapat berjalan sampai ke tempat tujuan akhir, ada kalanya kita harus beristirahat dan sejenak melepaskan beban yang ada agar stamina kita pulih kembali. Beban hidup ibarat tas punggung dalam cerita di atas yang dapat kita lepaskan sejenak untuk beristirahat. Tetapi terkadang kita lupa meletakkan beban tersebut sehingga kita merasa beban itu tidak pernah lepas dari diri kita. Terkadang kita sudah berusaha untuk mengambil waktu untuk refreshing atau pun sejenak beristirahat dan menjauhkan diri dari kesibukan yang ada, tetapi seolah beban itu tidak pernah mau lepas, mengapa? Seperti ilustrasi cerita di atas, sebenarnya kita tidak sadar bahwa pada saat beristirahat kita lupa melepaskan tas punggung dari pundak kita. Demikian pula dalam hidup ini, terkadang kita sudah mengambil waktu untuk beristirahat sejenak akan tetapi kita lupa meletakkan beban kita.





Senin, 21 November 2016

Perbedaan Sangatlah Berarti dalam Sebuah Keindahan

"Keindahan tercipta bukan oleh kesamaan tetapi oleh perbedaan yang harmonis dan selaras"



Salam sejahtera untuk sahabat semua.
Seperti yang tertulis dalam ungkapan bergambar di atas, maka pada kesempatan ini saya akan berbagi mengenai sebuah keindahan yang tercipta dari perbedaan yang menyatu dengan harmonis dan selaras. Menurut pendapat saya, segala sesuatu yang terlihat indah tentu disukai oleh orang banyak, misalnya saja bunga, pemandangan dan lain sebagainya. Mengapa perbedaan dapat menciptakan sebuah keindahan? Untuk menjelaskannya mungkin akan lebih mudah apabila saya menggunakan sebuah contoh nyata yang ada di dalam kehidupan kita.

Sebagai sebuah contoh keindahan yang saya ambil dalam tulisan ini adalah pelangi. Bagi saya, pelangi adalah salah satu keindahan yang pernah saya lihat dan selalu ingin saya lihat lagi. Ada beberapa alasan mengapa saya mengambil contoh dalam hal ini adalah pelangi. Adapun alasan tersebut adalah:
  1. Hampir semua orang tahu dan pernah melihat pelangi. Mungkin ada sebagian orang yang belum pernah melihat secara langsung, akan tetapi pastilah pernah melihat gambar sebuah pelangi atau minimal mendengar cerita tentang pelangi. 
  2. Pelangi sangat jelas tersusun dari warna-warna yang berbeda. Biasanya pada saat kita belajar di Sekolah Dasar (SD) sudah dijelaskan mengenai warna pelangi yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu. Dan agar kita mudah mengingat warna-warna tersebut maka biasanya disingkat menjadi me-ji-ku-hi-bi-ni-u.
  3. Keindahan yang ada pada sebuah pelangi diakui oleh banyak orang atau bahkan semua orang, sehingga layak untuk menggambarkan sebuah keindahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya sebuah lagu pada masa kecil kita tentang pelangi. Pelangi - pelangi alangkah indahmu....dan seterusnya (he...he...jadi ingat masa kecil).
Keindahan secara umum tercipta dari beberapa hal yang berbeda yang tersusun menjadi satu kesatuan yang harmonis dan selaras. Seperti halnya pada sebuah pelangi yang tersusun dari 7 (tujuh) warna yang berbeda tetapi saling  mendukung dan tanpa meniadakan antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam sebuah kesatuan warna yang beragam tersebut terciptalah keindahan sebuah pelangi. Apabila hanya ada satu warna saja yang melengkung menghias langit pastilah tidak akan seindah sebuah busur Tuhan yang disebut pelangi.

Selain contoh tentang pelangi di atas, masih banyak contoh dalam kehidupan kita sehari-hari yang dapat menjelaskan kalimat ungkapan di atas. Misalnya, pada saat kita merangkai bunga untuk latar belakang sebuah pelaminan biasanya juga terdiri dari beberapa bunga dengan warna dan jenis yang berbeda agar terlihat indah. Pada saat kita melukis sebuah gambar, pastilah kita juga menggunakan warna yang berbeda-beda untuk menghasilkan sebuah lukisan yang indah. Dan masih banyak contoh yang lain yang dapat kita temui dalam kehidupan kita.

Demikian juga kehidupan kita di dunia ini akan terlihat indah apabila tersusun dari banyak perbedaan tetapi dapat menyatu dan saling mendukung satu dengan yang lainnya tanpa harus saling meniadakan. Di dalam masyarakat dimana kita hidup dan bersosialisasi juga terdiri dari beraneka ragam pribadi dan latar belakang yang berbeda serta banyak lagi hal yang tidak sama. Dan apabila semua perbedaan yang ada tersebut menyatu dalam sebuah keharmonisan dan keselarasan pastilah akan tercipta sebuah masyarakat yang indah. Sebuah harapan saya untuk kehidupan ini adalah sebuah kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan selaras seperti halnya keindahan sebuah pelangi dan juga seperti irama sebuah lagu yang tersusun dari berbagai perbedaan nada , baik itu nada tinggi dan rendah serta dimainkan oleh bermacam alat musik yang pada akhirnya menciptakan sebuah lagu merdu dan indah. Dan demikianlah seharusnya kita tercipta untuk menciptakan sebuah keindahan di mata dunia dengan keberagaman semua ciptaan Tuhan. Baca juga: Perbedaan bukan untuk dipertentangkan





Sabtu, 19 November 2016

Pengorbanan Seorang Ibu Untuk Anaknya || Kata Kata Tentang dan Untuk Bunda


Sebagai seorang anak dari seorang ibu pastilah kita tahu atau setidaknya pernah mendengar tentang betapa banyak pengorbanan yang dilakukan oleh seorang wanita yang sedang mengandung. Dan tidak hanya sampai pada proses kelahiran saja pengorbanan yang diberikannya, tetapi juga dalam proses membesarkan anaknya. Bahkan pengorbanan yang dilakukannya tidaklah cukup sampai anaknya dewasa dan mandiri saja, tetapi sampai dengan akhir hayatnya.

Semua manusia  kecuali Adam dan Hawa, pastilah terlahir dari seorang wanita. Sebelum seorang anak manusia terlahir di dunia ini, seorang wanita calon ibunya sudah harus banyak berkorban untuk kelangsungan hidup janin di dalam kandungannya. Pada rentang masa kurang lebih  9 bulan mengandung bayinya, banyak sekali perubahan yang terjadi pada fisik atau pun psikis seorang wanita. Dan hampir semua perubahan yang terjadi boleh dikatakan tidaklah menyenangkan bagi seorang wanita.

Pada saat saya sudah cukup dewasa, saya tahu tentang betapa pengorbanan yang dilakukan oleh seorang dari mendengar cerita dan membaca. Ternyata saat itu saya hanya sebatas tahu tetapi belumlah mengerti dan belum dapat ikut mersasakan pengorbanan seorang wanita atau ibu untuk anaknya. Setelah menikah dan mempunyai anak, barulah saya benar-benar dapat mengerti dan ikut merasakan pengorbanan tersebut dari apa yang dirasakan oleh isteri saya.

Pada masa awal kehamilannya terjadi perubahan hormon dalam tubuhnya yang kerap kali menyebabkan badan terasa tidak enak. Sebagai contoh misalnya merasa pusing dan mual dan bahkan ada yang sampai harus dirawat karena efek perubahan hormon ini. Setelahnya, seorang wanita harus rela kehilangan kerampingan tubuh yang dibanggakan dan selalu dijaganya. Hal ini dikarenakan seorang calon ibu harus banyak menyantap makanan yang bergizi untuk menjaga kelangsungan perkembangan anak yang ada di dalam perutnya. Dengan banyaknya asupan makanan tersebut otomatis tubuhnya akan menjadi gemuk dan hilanglah kerampingan/kelangsingan tubuhnya. Saya rasa hal-hal tersebut sangatlah berat dan merupakan sebuah pengorbanan yang cukup besar.

Setelah beberapa bulan kemudian seiring dengan pertumbuhan bayi dalam perutnya maka beban yang harus ditopang oleh tubuhnya akan meningkat. Terkadang bertambahnya beban ini mengakibatkan kaki seorang wanita menjadi bengkak dan varises. Semuanya itu dapat dia terima dengan kegembiraan karena yang menjadi fokus dari dirinya adalah buah hati yang dikandungnya dan bukan lagi keadaan dirinya sendiri. Dan masih banyak hal lagi yang harus dialami seorang wanita sampai dengan kelahiran bayinya.

Kemudian kegembiraan dan kebahagiaan datang pada saat kelahiran berjalan dengan lancar baik itu harus dengan operasi caesar atau melalui kelahiran normal. Sebuah tanggung jawab yang baru datang seiring dengan kelahiran seorang anak. Dimana untuk masa awal kehidupannya, seorang bayi sangatlah tergantung dari ibunya. Ketergantungan seorang anak akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia dan kedewasaan seorang anak. Hal ini memang menggembirakan dan membahagiakan bagi seorang ibu tetapi juga sangat melelahkan dalam menjalaninya.

Berhubung anak-anak kami saat ini masih kecil, sehingga baru sedikit yang dapat saya bagikan tentang pengorbanan seorang wanita yang menyandang predikat IBU. Saya yakin bahwa banyak dari rekan pembaca yang jauh lebih tahu dan mengerti tentang pengorbanan seorang ibu dibandingkan dengan apa yang saya tuliskan ini, terutama rekan-rekan yang memang menyandang gelar IBU. Tulisan ini adalah sebuah ungkapan rasa syukur dan terima kasih saya kepada ibu yang melahirkan saya dan juga untuk ibu yang telah melahirkan anak-anak saya serta untuk semua wanita yang sudah dan akan menjadi seorang ibu.

Sebuah puisi untuk mengenang pengorbanan seorang ibu yang saya tulis beberapa bulan yang lalu pada saat anak saya yang kedua berulang tahun.

Ketika sang waktu kembali mengingatkan diriku
Di saat cerita hidupku ini baru dimulai
Manakala kerasnya suara tangisku terdengar
Dan engkau pun terkulai lelah tanpa daya

Hangatnya dekapan sayangmu masih dapat kurasakan
Dengan pelukan berbalut kasih seluas langit yang tiada bertepi
Dengan tulusnya rasa cinta yang sehangat surya pagi 
Dengan berhiaskan senyuman yang penuh rasa kedamaian

Terbayang begitu besar pengorbanan yang telah engkau berikan
Betapa mahalnya harga yang harus engkau bayarkan
Telah engkau relakan keindahan tubuhmu sirna
Dengan segala rasa sakit yang harus kau rasakan
Menumpahkan darah menyabung nyawa dan menanggung perihnya sayatan luka
Dan semua itu hanya demi untukku yang kau puja

Tiada satu kata yang sanggup untuk melukiskan semuanya
Dan tak ada satu pun yang mampu untuk menggantikannya
Meskipun dengan seluruh hidupku dan itu pun tiada akan mampu 
Untuk mebalaskan kasih setiamu yang telah kau berikan untukku

Maafkanlah diri ini telah banyak menyusahkan hati dan perasaanmu
Hanya dengan terima kasih dan rasa hormatku
Dan dengan segala rasa syukur dan doaku
Teruntuk dirimu seorang wanita yang kupanggil Ibu






Selasa, 15 November 2016

Arti penting untuk melangkah keluar dari sebuah naungan

Setiap orang secara natural mempunyai cita-cita untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Demikian juga secara umum orang tua pastilah menginginkan kehidupan anak-anaknya lebih baik daripada kehidupannya sendiri. Untuk mencapai keinginan tersebut kebanyakan orang tua melakukannya dalam hal pendidikan anaknya. Dasar pemikiran dari hal di atas adalah apabila anak-anaknya mempunyai bekal pendidikan yang bagus maka di kemudian hari akan dapat mempunyai nilai dan daya saing yang tinggi dalam hidup sehingga akan memperoleh kondisi kehidupan yang lebih baik.
"di bawah pohon yang rindang tidak akan ada pohon yang lebih rindang"



Terlepas dari sisi pendidikan seperti tersebut dalam paragraf di atas, masih banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk tumbuh menjadi besar dan dapat mewujudkan cita-citanya serta keinginan orang tuanya. Salah satu faktor yang cukup penting menurut pendapat saya di luar faktor pendidikan adalah faktor keberanian dan kemauan untuk mandiri, karena faktor inilah yang akan mendewasakan pribadi seseorang. Keberanian dan kemauan untuk mandiri selain bersifat mendewasakan, juga merupakan salah satu penentu pengambilan keputusan dan solusi permasalahan yang dihadapi serta mewujudkan cita-cita seseorang di kemudian hari.

Untuk menjadi seseorang yang mempunyai kepribadian mandiri tidaklah mudah, hal ini dapat dilatih dengan hal-hal yang kecil terlebih dahulu seiring dengan pertumbuhan usia dan kedewasaan seseorang. Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian seseorang, yang pertama adalah dari sisi internal yaitu kemauan dan keberanian, sedangkan yang kedua adalah faktor eksternal yang antara lain adalah nilai-nilai hidup yang diajarkan orang tua dan budaya yang ada serta kondisi lingkungan dimana seseorang berada. Sebagai contoh untuk faktor eksternal misalnya seseorang yang tinggal di daerah yang subur dan di daerah yang kurang subur akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kemandirian seseorang. Orang dengan lingkungan yang lebih sulit biasanya akan lebih cepat mandiri dibandingkan dengan orang dari lingkungan yang mudah.

Menurut pendapat saya kedua faktor yang mempengaruhi kemandirian seseorang tidaklah dapat dipisahkan karena selalu saling berhubungan. Mari kita ingat lagi pada masa kecil kita atau apabila rekan pembaca sudah mempunyai anak maka dapat mengamati pertumbuhan kemandiriannya. Pada waktu kecil dapat melepas dan memakai baju sendiri adalah suatu prestasi dan wujud dari sebuah kemandirian, hal ini dapat kita lihat bahwa dengan bangga dan senangnya seorang anak akan berkata kepada orang tuanya, "Mama/papa, adik sudah bisa melepas dan memakai baju sendiri". Dalam contoh itu kita dapat melihat bahwa pada dasarnya semua anak mempunyai kemauan dan keberanian mencoba untuk dapat melakukan segala sesuatunya sendiri/mandiri. Akan tetapi mereka juga membutuhkan sebuah dukungan dan apresiasi dari orang lain yang dipercayanya untuk memupuk dan menambah rasa percaya dirinya bahwa ia mampu, dan dalam contoh ini adalah orang tuanya. Dengan bermodalkan kemandirian-kemandirian kecil yang dilakukan dan diapresiasi dalam kehidupan seseorang dari kecil hingga usia dewasa inilah yang akan menciptakan seorang pribadi yang percaya diri dan mandiri yang akan mampu bersaing dalam kehidupan ini untuk mewujudkan pencapaian yang lebih baik.

Dalam masa bertumbuhnya seseorang menuju suatu tingkat kemandirian dibutuhkan suatu kondisi yang nyaman dan aman seperti halnya dalam contoh pertumbuhan kemandirian anak kecil di atas. Setelah seseorang merasa bahwa dirinya sudah cukup mampu untuk mengerjakan segala sesuatu dalam kehidupannya dan sudah cukup berlatih, maka dia harus keluar dari lingkungan yang menaunginya agar kemandirian dan kedewasaannya dapat bertumbuh menjadi lebih lagi. Seperti kalimat ungkapan yang saya tuliskan di atas, maka seseorang tidak akan menjadi lebih besar daripada naungannya apabila ia tetap berada dibawah naungan tersebut. Memang akan terasa tidak enak dan tidak nyaman keluar dari sebuah naungan karena sengatan teriknya mentari dan dinginnya guyuran air hujan akan menerpa langsung tanpa adanya sebuah perlindungan. Akan tetapi semua itu diperlukan untuk tumbuh dan berkembang sehingga suatu saat akan menjadi lebih besar daripada naungan yang pernah melindunginya.

Apabila seorang anak tidak pernah keluar dari rumah orang tuanya untuk menjadi mandiri, maka selamanya ia tidak akan pernah menjadi lebih daripada orang tuanya. Karena selain rasa nyaman dan aman yang dirasakan membuat orang menjadi malas dan tidak berkembang, juga ia akan selalu berada dibawah naungan dan bayang-bayang kebesaran orang tuanya sehingga si anak tidak akan pernah terlihat lebih besar dan tetap sebagai "seorang anak". Demikian juga yang terjadi di dalam setiap aspek kehidupan yang lainnya, seperti pada saat kita berada di lingkungan pekerjaan misalnya. Pada saat kita berada di bawah kepemimpinan seorang atasan yang bagus dan selalu melindungi serta mengajarkan pengetahuannya kepada anak buahnya, pastilah suasana ini akan terasa sangat nyaman dan aman. Bersyukur dan belajar sebaik mungkin pada saat kondisi terasa nyaman dan aman adalah sebuah pilihan yang tepat. Setelah cukup lama dan juga merasa cukup dalam hal pengetahuan serta sudah tidak ada sebuah ruang lagi untuk kita bertumbuh maka sebaiknya kita keluar dari naungan tersebut agar kita mendapatkan kembali ruang untuk pertumbuhan kita. Tetapi keluar dari naungan adalah sebuah pilihan, tidak semua orang mempunyai pemikiran yang sama dan daya juang yang sama sehingga semuanya kembali kepada diri kita masing-masing. Sebuah ungkapan dalam pergaulan kerja mengatakan, "tidak semua tentara akan pensiun sebagai seorang jenderal" demikian pula setiap orang akan mengambil pilihannya masing-masing untuk menjadi puas dan merasa cukup dalam hal kehidupannya.

Sahabat, ada waktunya kita memerlukan sebuah naungan dalam kehidupan ini dan ada waktunya juga kita merasakan kehidupan tanpa perlindungan. Ada waktunya kita menjadi orang yang berlindung dibawah kebesaran orang lain dan ada waktunya pula kita menjadi tempat perlindungan bagi orang lain. Demikian tulisan yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat dan sampai jumpa pada tulisan saya yang lainnya, terima kasih.

Sabtu, 12 November 2016

Jadilah orang pandai dan jadikanlah orang lain pandai

"bergaullah dengan orang pandai agar menjadi pandai dan gunakanlah kepandaian untuk menjadikan orang lain pandai"



Sebagai manusia secara umum, pastilah kita terlahir dalam suatu lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdiri dari beraneka ragam manusia dengan karakter dan kelebihan serta kekurangannya masing-masing. Dengan kondisi masyarakat seperti yang sudah disebutkan, sebenarnya banyak hal yang dapat kita pelajari dari orang lain yang berada di sekitar kita dan tentu saja dalam konteks yang positif. Pandai dalam ungkapan yang saya tuliskan di atas tidak hanya mengacu kepada kepandaian yang berhubungan dengan pendidikan, akan tetapi kepandaian dalam setiap aspek kehidupan yang ada. Misalnya saja pandai memasak, pandai bersosialisasi, pandai membawa diri, pandai berbicara dan banyak lagi kepandaian yang lainnya.

Mengapa saya menuliskannya dengan kata "bergaullah" bukan "belajarlah" dalam hal ini? Karena menurut pemikiran saya, dengan kita bergaul maka secara alami kita akan belajar dan langsung praktek serta tidak adanya jarak antara siapa yang belajar dengan siapa yang mengajari. Dalam bergaul juga lebih dapat mendukung terjadinya saling belajar dan mengajari dalam hal yang berbeda dalam satu waktu yang relatif sama. Berbeda dengan kata belajar, yang ada di dalam benak saya dengan kata belajar adalah ada dua pihak yang satu sebagai pihak pengajar yang pasti merasa lebih pandai dan yang lainnya adalah pihak yang belajar sehingga hanya terjadi satu arah proses pembelajaran.


Setiap orang pastilah mempunyai kelebihan di dalam dirinya sehingga dengan bergaul tanpa memilih-milih teman/bergaul dengan siapa saja pastilah kita akan mendapatkan suatu pembelajaran tentang kepandaian teman kita dengan catatan kita sendiri mau membuka diri untuk belajar. Tetapi ada kalanya kita tidak mempunyai cukup waktu untuk belajar dengan semua orang, sehingga untuk menunjang tujuan pembelajaran apa yang sedang kita butuhkan, maka intensitas pergaulan kita fokuskan kepada orang-orang yang mempunyai kepandaian di bidang tersebut.

Pengetahuan ataupun kepandaian yang kita dapatkan dari hasil bergaul dengan orang-orang yang pandai dalam bidangnya tersebut kita peroleh secara gratis, sehingga selain berguna untuk kemajuan pribadi kita maka sebaiknya kita juga mempergunakan kependaian yang ada dalam diri kita untuk menjadikan orang lain di sekitar kita menjadi pandai juga. Apapun kemampuan yang ada dalam diri kita tidaklah berguna dan tidak mempunyai arti apabila tidak kita pergunakan untuk membuat kehidupan dan lingkungan sekitar kita menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik yang saya maksudkan adalah dengan adanya kita di suatu lingkungan masyarakat tertentu menjadi lebih mempunyai nilai dibandingkan dengan sebelum kita berada di lingkungan tersebut.

Sahabat, marilah kita pergunakan kepandaian dan kemampuan yang ada pada kita tersebut untuk membuat orang lain yang berhubungan dengan hidup kita sehari-hari menjadi pandai serta memperoleh suatu nilai tambah di dalam kehidupannya sehubungan dengan hadirnya kita di dalam kehidupannya. Dengan melakukan hal itu kita akan menjadi lebih berarti dan juga kita akan menjadi lebih pandai/mampu dari sebelumnya seperti kata pepatah "besi menajamkan besi dan manusia menajamkan manusia". Dan seperti pepatah itulah seharusnya yang terjadi pada saat kita bergaul dengan orang lain, bukan yang sebaliknya.